Saturday, September 22, 2012

Efektivitas dan Efisiensi Pembelajaran


­Efektivitas dan Efisiensi Pembelajaran
A.      Efektivitas Pembelajaran
1.        Interaksi dan Peluang
Kegiatan pembelajaran dapat dibagi dalam 4 jenis kegiatan dan interaksi, yaitu interaksi guru dan siswa, interaksi siswa dengan siswa, kegiatan siswa dengan alam, dan kegiatan siswa dengan sumber informasi (buku dan media informasi yang lain). Interaksi guru dengan siswa digunakan untuk mempercepat peningkatan kompetensi siswa melalui pelatihan cara berpikir ilmiah dan berbuat. Interaksi siswa dengan siswa untuk meningkatkan sikap sosial dan kooperatif siswa dalam meningkatkan kompetensinya, memahami konsep-konsep IPA, dan menyesaikan masalah. Interaksi siswa dengan alam digunakan untuk meningkatkan kemampuan belajar mandiri, kreativitas, dan keterampilan berpikir (mental) dan berbuat (psikomotor). Suatu model pembelajaran disusun dari beberapa jenis kegiatan dan interaksi yang tepat untuk meningkatkan kompetensi-kompetensi tertentu yang akan ditingkatkan pada siswa.
Efektivitas dan efisiensi pembelajaran tidak hanya bergantung pada rencana dan model pembelajaran, tetapi yang terutama adalah pada kemampuan guru untuk memanfaatkan setiap peluang yang muncul pada saat-saat pembelajaran sedang berlangsung. Model pembelajaran merupakan suatu susunan kegiatan pembelajaran yang dirancang untuk memunculkan peluang-peluang tertentu yang diinginkan oleh penyusunnya. Jenis-jenis peluang yang lain yang tidak direncanakan juga akan muncul. Semua peluang tersebut harus dimanfaatkan oleh guru dengan cara yang tepat, agar hasil belajar siswa meningkat dengan baik.
Keberhasilan guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa dengan suatu model pembelajaran bergantung pada kemampuan guru dalam mengetahui kapan peluang-peluang yang terdapat pada model pembelajaran itu muncul dan bagaimana cara memanfaatkannya. Jika dalam suatu pembelajaran ada peluang-peluang yang muncul, tetapi guru tidak mengetahui atau tidak memanfaatkannya, model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran itu tidak termanfaatkan oleh guru. Jadi, guru yang melaksanakan suatu model pembelajaran belum tentu dapat memanfaatkan model pembelajaran itu dengan baik. Karena itu, penting bagi guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengetahui kapan peluang-peluang itu muncul dan cara memanfaatkannya.
Peluang-peluang untuk meningkatkan kompetensi siswa hanya akan muncul jika siswa diaktifkan untuk belajar, karena itu tidak ada seorang pun pakar pendidikan IPA yang menyarankan pengajaran ceramah digunakan dalam pembelajaran IPA. Dalam pengajaran ceramah guru menggunakan waktu yang tersedia untuk memberi penjelasan pada siswa, akibatnya guru kehilangan peluang untuk meningkatkan aspek-aspek kompetensi yang perlu ditingkatkan pada siswa. Guru tidak mengetahui bantuan apa yang perlu diberikan pada siswa, karena siswa diam mendengarkan penjelasan guru.
Dalam pembelajaran yang mengaktifkan siswa akan terdapat peluang-peluang untuk meningkatkan aspek-aspek kompetensi siswa yang sesuai dengan peluang-peluang itu. Peluang-peluang itu akan muncul pada setiap jawaban siswa, interaksi antara guru dengan siswa, interaksi antara siswa dengan siswa, dan kegiatan yang dilakukan siswa. Perbedaan guru yang profesional dengan yang kurang profesional terletak pada kemampuannya dalam mengetahui kapan peluang-peluang itu muncul dan cara memanfaatkannya. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk meningkatkan kompetensinya dalam menyusun pembelajaran yang akan memunculkan peluang-peluang itu, mengetahui kapan peluang-peluang itu muncul, dan cara memanfaatkannya.

2.        Analisis Interaksi dan Kegiatan Siswa
Analisis interaksi dan Kegiatan siswa digunakan untuk mengetahui peluang-peluang pada setiap interaksi dan kegiatan siswa yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan aspek-aspek kompetensi yang terdapat pada peluang tersebut. Dalam analisis itu ada dua bagian penting yang perlu diperhatikan, yang pertama adalah aspek kompetensi yang dapat ditingkatkan pada setiap interaksi atau kegiatan siswa, sedangkan yang kedua adalah cara memanfaatkan interaksi atau kegiatan siswa untuk meningkatkan aspek kompetensi tersebut.
Penentuan interaksi atau kegiatan siswa yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran bergantung pada aspek-aspek kompetensi yang akan ditingkatkan pada siswa. Contohnya jika guru ingin meningkatkan minat belajar siswa melalui peningkatan keberanian dan kemauan siswa menjawab pertanyaan, guru harus berinteraksi dengan siswa melalui tanya-jawab. Jika guru mengajukan pertanyaan dan siswa menjawab serempak, guru kehilangan peluang untuk meningkatkan keberanian dan kemauan siswa menjawab pertanyaan, tetapi jika siswa diminta mengacungkan tangan lebih dahulu, baru menjawab pertanyaan setelah ditunjuk oleh guru, guru memperoleh peluang untuk meningkatkan keberanian dan kemauan siswa menjawab pertanyaan.
Peluang selanjutnya, setelah siswa menjawab pertanyaan, dimanfaatkan oleh guru untuk meningkatkan minat belajar siswa itu dengan memberi penghargaan pada siswa. Siswa yang menjawab benar diberi penghargaan lebih dan siswa yang menjawab salah tetap dihargai guru. Demikian pula dengan teman-temannya, semua temannya harus menghargai usaha siswa itu dalam menjawab pertanyaan.
Peningkatan keinginan siswa menjawab pertanyaan akan berdampak pada peningkatan minat belajar siswa. Setiap siswa memiliki keinginan untuk diperhatikan, dihargai, dan memperlihatkan kebolehannya di depan teman-temannya dan gurunya. Dengan menjawab pertanyaan atau menjelaskan sesuatu di depan kelas siswa dapat memperoleh penghargaan dan perhatian dari guru dan teman-temannya, karena itu penting bagi guru dan siswa untuk mau memperhatikan dan menghargai siswa yang mau menjawab, walaupun jawaban siswa itu salah.
Contoh yang lainnya adalah jika ada siswa yang mengacungkan tangan dengan yakin, yang mengacungkan tangannya sedikit, dan yang tidak mengacungkan tangan, yang harus ditunjuk adalah siswa yang tampak ragu untuk menjawab. Siswa yang ragu menjawab lebih memerlukan bantuan dibandingkan dengan siswa yang sudah yakin dengan jawabannya. Sedangkan siswa yang tidak mengacungkan tangan tidak boleh ditunjuk, agar siswa mematuhi tata-tertib belajar. Disamping itu, menunjuk siswa yang ragu menjawab diperlukan untuk meningkatkan keberanian siswa menjawab pertanyaan. Sedangkan siswa yang tidak mengacungkan tangan ditingkatkan kemauan menjawabnya dengan guru meminta pendapat siswa itu setelah siswa yang mengacungkan tangan menjawab pertanyaan guru. Ini diperlukan untuk memotivasi siswa yang belum berani menjawab, agar berani menjawab, sehingga keinginannya untuk berpikir lebih baik dapat ditingkatkan.
Kegiatan siswa dapat kita bagi dalam dua jenis, yaitu kegiatan siswa individual (perorangan) dan kegiatan siswa berkelompok. Kegiatan siswa berkelompok pun dapat kita bagi dalan dua jenis kelompok, yaitu kelompok kecil yang terdiri dari tiga atau empat siswa dan kelompok besar, yaitu semua siswa dalam satu kelas dianggap sebagai satu kelompok.
PID memiliki keunggulan dalam peningkatan sikap, minat belajar, keterampilan berpikir, dan penguasaan konsep, tetapi lemah dalam psikomotor. Karena itu, di Jepang pembelajaran IPA dibagi dalam dua bagian. Bagian pertama dilaksanakan dengan PID, bagian keduanya siswa melaksanakan praktik. Contohnya jika waktu satu pertemuan delapan puluh  menit, empat puluh menit pertama digunakan guru untuk melaksanakan pembelajaran interaktif dialogis sampai siswa mampu membentuk konsep yang dipelajarinya selama waktu tersebut, sedangkan empat puluh menit berikutnya siswa melaksanakan praktik untuk memperkuat pemahamannya terhadap konsep yang baru dipelajarinya atau mempelajari konsep yang merupakan kelanjutan dari konsep yang baru dipelajarinya. Peluang-peluang untuk meningkatkan kompetensi siswa antara lain sebagai berikut ini.

3.        Pembagian Bahan Ajar
Jumlah konsep yang wajib diajarkan banyak, sedangkan waktu pembelajaran sedikit. Karena itu, kurikulum yang padat materi tersebjut dapat diatasi dengan cara konsep-konsep yang wajib diajarkan dibagi dalam dua bagian, yaitu konsep utama yang didialogkan, dan konsep yang diinformasikan melalui handout, buku teks, atau jenis informasi yang lain. Konsep yang diinformasikan merupakan konsep-konsep diperlukan untuk memahami konsep utama. Konsep yang diinformasikan tidak dijelaskan oleh guru, melainkan langsung dibaca oleh siswa dari handout atau buku teks, kemudian digunakan dalam dialog. Istilah dan prinsip-prinsip yang dibentuk oleh para pakar IPA merupakan konsep-konsep yang diinformasikan. Dengan demikian, dalam dialog siswa mendiskusikan konsep utama dengan menggunakan konsep-konsep yang diinformasikan.

4.        Alur Pembelajaran
a.       Alur kegiatan belajar siswa
Berbeda dengan model-model pembelajaran yang langkah-langkah (variasi kegiatan fisik) kegiatannya sudah ditentukan, langkah-langkah pembelajaran yang dinamik mengikuti dinamika belajar siswa atau proses berpikir yang dilaksanakan siswa. Misalnya dalam pembelajaran inkuiri ilmiah, hanya proses berpikir siswa yang mengikuti alur inkuiri ilmiah, tetapi kegiatan fisiknya dapat sama, yaitu dialog dilanjutkan dengan kegiatan kelompok. Karena itu dalam pembelajaran dinamik seringkali hanya proses berpikirnya saja yang mengikuti alur berpikir ilmiah, tetapi kegiatan fisiknya sama.
b.      Alur penyampaian bahan ajar
Alur penyampaian bahan ajar disusun untuk membuat siswa memahami konsep atau dapat menyelesaikan masalah. Umumnya alur yang digunakan dalam penyampaian bahan ajar diurut berdasarkan mana yang lebih dulu harus diketahui siswa (prerequisite/prasyarat pengetahuan), baru kemudian konsep yang dibentuk dari yang telah diketahui siswa. Sedangkan alur berpikir umumnya berawal dari mengdientifikasi objek dan fenomena yang dipermasalahkan, dilanjutkan dengan merumuskan masalah dari objek dan fenomena tersebut, mengindentifikaksi prinsip-prinisp yang berlaku, mengintegrasikan prinsip-prinsip yang berlaku, dan ahirnya menyusun penjelasan atau perhitungan.

No comments: